Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Tentang Tidak Meremehkan Orang Lain dan Selalu Berprasangka Baik

Beberapa minggu lalu ramai kasus tentang tindakan represif kepolisian terhadap kawan-kawan mahasiswa yang sedang mengkritisi 3 tahun pemerintahan rezim. Sayangnya ada beberapa pihak yang berkata nyinyir: 'ah, mahasiswa macam sudah bener aja. Ngurus diri sendiri aja belum benar, malah sok-sokan mengkritik pemerintah. Kemudian kemarin lagi-lagi terjadi pembubaran paksa terhadap kajian salah seorang ustadz oleh salah satu ormas yang mengklaim diri sebagai yang paling toleran. Tidak, saya tidak ingin berkomentar tentang dua kasus tersebut walau sebenarnya sangat ingin. Tapi saya ingin mengingatkan kepada diri saya sendiri untuk tidak meremehkan orang lain dan selalu berprasangka baik. Rasulullah pernah bersabda: sampaikanlah dariku walau satu ayat. Lalu ada juga pepatah arab yang berbunyi: lihatlah kepada apa yang dikatakan, bukan siapa yang mengatakan. Dari dua perkataan tersebut yang bisa saya pahami adalah perintah untuk tidak meremehkan orang lain dan selalu berprasangka

Berbicara Masa Depan

Bagi dirimu, apa yang paling gelap? Apakah saat-saat mati listrik? Atau saat malam sudah menjelang dini hari? Atau masa lalu yang tidak terlalu baik? Atau bahkan history di mesin pencari kalian? Bagi saya hal yang paling gelap adalah masa depan. Tentu sebagian dari kalian akan ada yang berkata: ‘tenang saja masa depan sudah diatur oleh Tuhan’. Yang lain juga mungkin berkata: ‘masa depan adalah buah hasil bibit yang kita tanam hari ini’. Yang jadi masalahnya adalah saya tidak tahu harus menanam bibit macam apa untuk dipanen pada masa depan. Saya tak tahu apa yang harus dilakukan saat ini untuk didapat hasilnya di hari yang akan datang. Kadang saya terdiam dan termenung, memikirkan apa yang akan dilakukan esok hari. Di lain waktu saya menghentikan aktivitas, merenung seminggu dan sebulan lagi apa yang sedang saya lakukan. Di kesempatan lain pikiran saya mengawang melompat beberapa bulan setelah lulus kuliah akan kerja di mana, melanjutkan hidup di kota apa. Melompat lebih jauh, ji

Ocehan Salman #1

Jadi, semakin kesini gue makin ragu manfaat konkrit jurusan kuliah gue ini apa? Wait, bahkan fokus utama jurusan gue aja masih membingungkan. Perdata bukan, hukum umum bukan, fiqih bukan, tafsir bukan. Lieur. Lu tau nama jurusan kuliah gue apa? Ahwal Al-Syakhsiyyah. Lu tau apa artinya? Jangan malu kalo ternyata emang lu gak tau, karena gue sendiri pun kebingungan mendefinisikan apa arti nama jurusan gue. Ketika ditanya gue kuliah di jurusan apa gue lebih sering menjawab hukum perdata Islam. Tapi seperti yang gue nyatakan di paragraf awal, sebenernya jurusan gue ini gak jelas konsentrasinya. Jadi setelah lulus mau jadi apa? Konsultan keluarga sakinah? Pffttf, tai kebo alias bullshit. Dulu kalo ditanya lulusannya bisa jadi apa, dengan kerennya gue bilang bisa jadi hakim PA atau mediator. Lagi-lagi tai kebo. Nyatanya kerjaan di Pengadilan Agama atau bidang mediasi banyak yang ditilep sama lulusan hukum konvensional. Apalagi semenjak gelar diubah dari S.HI menjadi S.H., makin keo