Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

Para Dewa

Suatu ketika, Zeus beriringan dengan Amun Ra, di atas perahunya. Berhiliran di arus sungai malam, menuju secercah fajar. Ares kembali lagi berkelahi dengan Horus. Bilah tongkat tajam beradu dengan cakar elang runcing. Kala itu, Poseidon bersama Neptunus berbincang di selasar pantai. Menghirup aroma garam laut, semilir angin. Osiris dan Hades, beradu catur kematian, bertarus nyawa sampah manusia. Pluto dan Anubis terbahak tawa dibuatnya. Di sisi sana, Seth dan Lucifer dengan riangnya berbalas cakap dengan riangnya. Kegemaran mereka, kehancuran semerta kekacauan marcapada. Tetapi tiada yang ambil pusing. Siwa disana masih bersiaga. Memegang kekang Rahwana yang masih terus ingin membelot. Dunia tiada perlu getir. Hanoman dan Sun Wu-Kong masih asik sendawa cengkrama. Mereka ricuh menikmati tandan pisang kuning nan menggiurkan. Athena dan Hathor menyeruput teh hijau diantara semesta pustaka. Yesus dan 12 muridnya, masih menyesap wine mewah yang dihi

celotehan

otakmu berpikir tapi nuranimu mati lisanmu bertutur tapi sadarmu sekarat ragamu berlaku tapi jiwamu lapuk paham darimu lenyap menyisakan hampa di sanubari segala kau lahap pasti segala kau cerna habis menyisakan ampas sampah meninggalkan intisari penting pengetahuanmu membusuk hati nuranimu meranggas otak cerdasmu terpuruk

Di Situ

Di matamu, butaku menemukan cahaya Di lisanmu, bisuku menemukan suara Di telingamu, tuliku menemukan gemaa Di jejakmu, lumpuhku menemukan langkahnya Di hatimu, sukmaku tiada rasakan hampa Di genggammu, tanganku rasakan jalannya Di bibirmu, keluku menemukan kata Di sentuhmu, matiku menemukan asa Di belakangmu, kutemukan arah Di sampingmu, kutemukan nyaman Di depanmu, kutemukan tujuan Di dirimu, kutemukan rasa itu Kita, episentrum dunia